ADAT DAN UPACARA PERKAWINAN SUKU BANGSA DAYAK LAWANGAN



ADAT DAN UPACARA PERKAWINAN SUKU BANGSA DAYAK LAWANGAN

Wilayah yang didiami oleh orang-orang Lawangan meliputi tujuh buah kecamatan . yailu: Kecamatan Dusun Tengah, Kecamatan Pematang Karau , Kecamatan Gunung Purei, Kecamatan Montalat, Kecamatan Cunung Timang, Ke camatan Teweh Timur dan K.ecamatan Teweh Tngah. Kecamatan-kecamat• an itu terdapat eli Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara dan Ka– bupaten Administratip Barita Timur. Wilayah ini berada pada kira-kira 1150 RT. hingga 11 60 RT. dan 20 L.S. hingga 0°30' L.S. Luas wilayah yang eli– diami ada kira-kira 13.272 kilometer persegi.

Dilihat dari keadaan topografis dan fisiografis dapat dikatakan bahwa wilayah-wilayah yang didiami orang-orang Lawangan meliputi beberapa ba– gian yang bergunung-gunung dengan ketinggian hingga 750 meter dari permu– kaan air laue Daerah-daerah ini, terletak di sebelah timur Sungai Barito dan merupakan deretan Pegunungan Meratus Bebaris. Relief pegunungan dengan gigir-gigir umumnya terdiri dari batu-batuan berubah ujud (metamorf) dan batuan resisten . Bentuknya yang membulat terutama batu-batu yang ter– masuk batuan vulkan tua . Diperkirakan batu-batuan itu merupakan batu– batuan tertier yakni amara lain batu pasir dan batu liat yang diselang oleh batu kapur dan napa!. Daerah ini telah cukup lama kena pengikisan dan bahan•bahan endapannya membentuk lembah Barito atau lapisan aluvial. Pengikisan atau erosi itu terjadi karena batu-batuan umumnya mempunyai bentuk yang kurang resisten . Dengan demikian terjadilah pelembahan– pelembahan yang bahkan sampai masuk ke daerah pedalaman, khususnya di daerah aHran sungai anak•anak atau cabang-cabang Sungai Barito yang ber– pangkai di kaki pegunungan Meratus-Bebaris. Di Sungai Ayuh, Sungai Mental lat, Sungai Teweh, terdapat batu kapur kerang. Sebagian besar batu kapur berwarna putih kekuningan dengan bagian-bagian yang sudah melapuk ber– warna. kuning dan coklat . Umumnya batu kapur itu halus dan kadang-kadang ada bagian yang berhablur dan yang merupakan kriptokristalin. Selain itu di beberapa tempat terdapat endapan guano. Dataran rendah yang ada di daerah ini merupakan cekungan sungai. Bahan induk tanah di sini adala pasir dan kuarsa. Cekungan sungai ini meru– pakan geosinklinal yang kemudian mendapat penimbunan bahan endapan yang ber!\sal dari pedalaman. Pada tempaHempat yang tinggi tanahnya terdiri dari jenis regosal , yaitu be~asal dari endapan pasir yang kaya rip:ngan kuarsa dan batu pasir dan jenis podsol, yaitu batuan induknya berupa batu liat dan batu pasir. Matahari umumnya bersinar sepanjang tahun.  

Namun awan-awan yang banyak sering menutup sinar matahari. Oikarenakan penutupan yang inten– sip itu maka lama penyinaran matahari 'rata-rata tahunan hanya 39%. Awan yang banyak itu terjadi sebagai akibat letak daerah ini yang berada di daerah konvergensi udara trapis dengan disertai pula adanya sumber-sumber evapo– traspirasi yang sanga t luas. . Angin bertiup dengan arab yang selalu berubah-ubah setiap bulan dengan kecepatan rata-rata tiga knots. Angin yang berkecepatan lemah ini da– tang setelah terlebih dahulu mendapat halangan dari pegunungan Meratus se– hingga ketika turun di kaki barat Meratus, yaitu di wilayah penelitian ini , kecepatan angin menjadi amat menurun. Namun jika angin datang dari arah selatan atau barat kecepatannyajauh lebih tinggi karena rintangan dapat dika– takan tidak ada. Angin yang terlemllh bertiup pada bulan-bulan Maret dan April yang datang dari arab utara atau timur laut. Daerah ini sering berawan banyak dan berada pada daerah yang mem– punyai sumber-sumber evapotranspirasi yang sangat luas. Karena itll udara umumnya lembab. Lembab nisbi udara rata-rata tahunan 82%dengan lembab nisbi ra.ta-rata pada bulan yang tertinggi 85%, yaitu pada bulan-bulan Januari dan Februari. Pada bulan September terdapat lembab nisbi terendah, yaitu haIlya 7S%. Curah hujan dalam sc;tahun berkisar antara 2516 mm dan 2511 mm de– ngan rata-rata tahunan 2513 mm dan jatuh selama 121 hari. Menurut catalan statiun pencatat curah hujan di Ampah tercatat bulan Desember sebagai bulan dengan curah hujan tertinggi.. Hujan umumnya merupakan hujan konveksi eli daerah doldrum (daerah pertemuan udara) di sekitar garis khatulistiwa. Air yang mengalir d.i sungai-sungai umumnya tidak berbahaya dan umumnya berwama collit atau coklat kemerahan sebagai akibat adanya la– pukan bahan organik, daun dan kayu-kayuan. Vegetasi antara lain terdiri dari gerunggang, meranti , keruing, lanan , madang, jelutung, terantang dan balanti. Sebagai tumbuhan bawah dida– pati berbagai jenis pakis, purun dan rumput berkersik.

Hutan hujan tropika terdapat di daerah yang berbukit-bukit. Sebagian kecil dibuka untuk perladangan. Di daerah-daerah bekas perladangan ber– pindah -pindah dijumpai pula padang alang-alang. Tanah umumnya digunakan untuk. pertanian , untuk pembuatan jalan, perkebunan dan pekarangan dan perladangan. Perkebunan rakyat yang banyak adalah karet yang umumnya kurang terpelihara. Perkampungan orang-orang Dayak Lawanf~ umumnya mempunyai pola yang hampi r se rupa dengan pola perkampun.gan suku Dayak lainnya yang mendiami Kalimantan Tengah.

 Suatu hal yang agak berbeda sedikit daTi suku Dayak Iainnya adalah adanya pemukiman mereka yang didirikan di tengah-tengah daratan dan tidak selamanya harus ditepi sungai seperti yang terjadi pada suiru Dayak Ngaju . Komunikasi dilakukan baik. melalui sungai dengan perahu maupun melalui daratan dengan berja lan kaki. Karena tanahnya yang berbukit-bukit itu orang-orang Lawangan tuTUn ke tanah pertaniannya dengan berjalan kaki. Perjalanan dan rumah ke tanah pertanian ada yang memakan waktu beberapa jam. Dikarenakan jauhnya jarak yang haru s ditempuh karena perpindahan tanah pertanian yang dilaksanakan sebagai perladangan yang berpindah– pindah , maka muncuUah kecenderungan untuk mendirikan pedukuhan atau rumah semen tara untuk menunggu tanah pertanian itu. 1ika tanah pertanian itu subur maka tidak jarang beberapa puluh keluarga mendirikan rumah mereka dan meninggalkan rumah mereka yang di kampung. Dengan adanya beberapa keluarga yang menetap di tempat pedukuhan itu akhirnya timbul menjadi sebuah kampung baru. Demikianlah terlihat bahwa salah satu faktor munculnya daerah pedukuhan adalah keengganan penduduk untuk. pulang balik setiap had dan kampung ke tanah pertanian mereka. Karena jarak. yang amat jauh hingga menghabiskan lebih dari separoh waktu yang seyogyanya dapat dijadikan waktu kerja. 

Timbulnya pedukuhan mengakibatkan masalah terhadap kampung yang lama, sehingga akhirnya kampung yang lama ditinggalkan karena semua penduduknya telah berpindah ke beberapa pedukuhan. Daerah peduJcuhan yailg kemudian muncul menjadi sebuah kampung baru itu pada suatu saat mungkin mengalami nasib yang sarna dengan kampung asal tadi. Ditingga1kan– oleh para penghuninya karena kesuburan tanahnya sudah amat berkurang dan tanah pertanian penduduk sudah berada jauh dari pedukuhan tadi . Kampung atau pedukuhan yang ditinggalkan itu biasanya dikenal dari adanya pohon buah-buahan yang tumbuh seolah-olah sebagai tumbuhan liar. Kadang-kadang bekas kampung atau pedukuban itu ditumbuhi oleh lalang sehingga menjelma menjadi padang lalang. Ada pula yang ditanalTii dengan tanaman keras perdagangan misalnya karet . Mengenai rumah-rumah penduduk yang tinggal di tepi sungai umum– nya didirikan linear sejajar dengan sungaL Urnumnya terdapat sebuah jalan yang menjadi jalur perhubungan di kampung itu. Di daerah yang berbukit bukit atau di dae rah pedukuhan Tumah-Tumah didirikan secara terpencar– pencar. Jalan-jalan dibual unluk menghubungkan rumah-rumah itu. 

Karena orang Lawangan umumnya beragama Kaharingan tidak terdapat bangunan khusus untuk kepentingan keagarnaan yang didirikan di kampung. Hal inr mendapat sedikit keke cuatian pada beberapa keiompok yang mempunyai cara pelaksanaan kepercayaan yang disebut tuyu. Di sini sebuah balai didirikan sebagai tempat pertemuan untuk melaksanakan upacara keagamaan mereka . Di halaman balai itu biasanya ada lapangan di mana calon-calon anggota atau mereka yang akan meningkat dewasa diajarkan menarikan tari– tarian ritual sebe lum dilakukan upacara penerimaan di bala i tersebut. Akhir– akhir ini ada juga didirikan ba lai desa. Tidak didirikannya bangunan umum itu mungkin dilandasi kenyataan bahwa rumah penghulu atau rumh mantir langsung menjadi balai sidang.

Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai TradisionaJ Oirektorat lendera! Kebudayaan Departemen Penelidlkan dan Kebudayaan telah menghasilkan beberapa macam naskab kebudayaan daerah di antaranya ialah kab; Adat dan Upacan Perkawinan Daerah Kalimantan Tengah tahun 1978/1979

Comments

Popular posts from this blog